Mendambakan Kemandirian Bangsa
Oleh: Nur Faizah Rahmawati
Mahasiswi Kependidikan Islam Fakultas FITK IAIN Walisongo Semarang,
Staff Pengajar di PAUD Islam Mellatena
Manusia memang mengalami beberapa fase dalam hidup. Mulai dari fase
prenatal, kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Keinginan ketika
masih kecil adalah datangnya masa remaja. Begitupun ketika remaja datang. Masa dewasa
merupakan saat yang dinantikan oleh kebanyakan manusia yang berada pada fase
remaja. Sebab, pada fase inilah semua orang mengalami kematangan, baik itu
kematangan secara emosional, sosial, intelektual, maupun kematangan fungsional
organ. Namun, kematangan tersebut tentunya tidak terlepas dari dunia
pendidikan.
Dalam jenjang pendidikan biasanya dikatakan dewasa ketika menduduki
status mahasiswa. Disinilah semua pertarungan berbagai komponen dalam diri biasanya
terjadi. Tidak jarang pula ada disorientasi dalam belajar. Seperti munculnya permasalahan
yang terkadang mafhum bila terjadi, yaitu muncul rasa gengsi yang tinggi
ikut mewarnai kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan adanya anggapan
bahwa kehebatan itu melalui eksistensi. Memang hal yang demikian itu seharusnya
dimiliki oleh manusia, seperti halnya yang dikatakan Rene Descrates bahwa ‘’aku
berfikir maka aku ada’’. Namun keberadaan tersebut secara lahiriyah berdasarkan
kebergunaan akal manusia, bukan hanya sebatas raga saja. Hal inilah yang sering
dilupakan oleh bangsa ini, terutama kalangan mahasiswa. Biasanya ditandai dengan
sikap mengesampingkan akademik.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan mahasiswa menempati posisi
pioneer dan agent of development. Posisi tersebut menunjukkan bahwa tanggungjawab
yang harus dipikul oleh mahasiswa sangatlah besar. Sebab, selain bertanggung
jawab kepada dirinya sendiri, mereka juga harus bertanggung jawab kepada
masyarakat, dan negara. neggara sudah terlalu percaya kepada keberadaan
mahasiswa yang notabene sebagai agent sosial of change.
Sebenarnya masyarakat sangat menunggu aksi besar mahasiswa sebagai
pembawa pembaharuan, terutama dalam tatanan pemerintahan. Dalam hal ini
mahasiswa dituntun sebagai pengontrol adanya kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah, meskipun sudah ada Depan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu mahasiswa
diharuskan mempunyai pemikiran yang idealis, memegang teguh independensi, dan mmpunyai
kemandirian dalam hal finansial.
Dalam pencapaian kemandirian tersebut harus ada usaha maksimal dari
diri mahasiswa. Seperti halnya kesungguhan dalam studi, melibatkan diri dalam
organisasi, berpatron dengan orang yang baik, dan mengupayakan finansial dari
diri sendiri. Alasan mengapa usaha tersebut harus dilakukan oleh tunas bangsa
adalah semata-mata sebagai investasi masa depan untuk membentuk
pemimpin-pemimpin yang baik agar nantinya mampu membawa pencerahan untuk negri
ini. Sehingga tidak ada lagi istilah “perbudakan kau intelektual”. Namun, yang
pantas disayangkan adalah kebanyakan kaum intelek justru yang mempunyai akal
licik untuk membohongi masyarakat. Sifat yang demikian itu merupakan akibat dari
penghambaan kaum intelek kepada uang. Sehingga ketika mempunyai kuasa justru ia
tak kuasa.
Sebagai langkah awal pembenahan bangsa atas apa saja yang terjadi
di negeri ini adalah pembentukan individu yang utuh melalui pendidikan. Sebagaimana
yang dituliskan oleh Umar At-Taumi adalah tujuan tertinggi pendidikan adalah
membentuk individu yang utuh. Wa Allahu al A’lam bi al Shawwab