Rabu, 22 Januari 2014

Refleksi dari Aksi yang Ada

Mendambakan Kemandirian Bangsa
Oleh: Nur Faizah Rahmawati
Mahasiswi Kependidikan Islam Fakultas FITK IAIN Walisongo Semarang, Staff Pengajar di PAUD Islam Mellatena
Manusia memang mengalami beberapa fase dalam hidup. Mulai dari fase prenatal, kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Keinginan ketika masih kecil adalah datangnya masa remaja. Begitupun ketika remaja datang. Masa dewasa merupakan saat yang dinantikan oleh kebanyakan manusia yang berada pada fase remaja. Sebab, pada fase inilah semua orang mengalami kematangan, baik itu kematangan secara emosional, sosial, intelektual, maupun kematangan fungsional organ. Namun, kematangan tersebut tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan.
Dalam jenjang pendidikan biasanya dikatakan dewasa ketika menduduki status mahasiswa. Disinilah semua pertarungan berbagai komponen dalam diri biasanya terjadi. Tidak jarang pula ada disorientasi dalam belajar. Seperti munculnya permasalahan yang terkadang mafhum bila terjadi, yaitu muncul rasa gengsi yang tinggi ikut mewarnai kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan adanya anggapan bahwa kehebatan itu melalui eksistensi. Memang hal yang demikian itu seharusnya dimiliki oleh manusia, seperti halnya yang dikatakan Rene Descrates bahwa ‘’aku berfikir maka aku ada’’. Namun keberadaan tersebut secara lahiriyah berdasarkan kebergunaan akal manusia, bukan hanya sebatas raga saja. Hal inilah yang sering dilupakan oleh bangsa ini, terutama kalangan mahasiswa. Biasanya ditandai dengan sikap mengesampingkan akademik.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan mahasiswa menempati posisi pioneer dan agent of development. Posisi tersebut menunjukkan bahwa tanggungjawab yang harus dipikul oleh mahasiswa sangatlah besar. Sebab, selain bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, mereka juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat, dan negara. neggara sudah terlalu percaya kepada keberadaan mahasiswa yang notabene sebagai agent sosial of change.
Sebenarnya masyarakat sangat menunggu aksi besar mahasiswa sebagai pembawa pembaharuan, terutama dalam tatanan pemerintahan. Dalam hal ini mahasiswa dituntun sebagai pengontrol adanya kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, meskipun sudah ada Depan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu mahasiswa diharuskan mempunyai pemikiran yang idealis, memegang teguh independensi, dan mmpunyai kemandirian dalam hal finansial.
Dalam pencapaian kemandirian tersebut harus ada usaha maksimal dari diri mahasiswa. Seperti halnya kesungguhan dalam studi, melibatkan diri dalam organisasi, berpatron dengan orang yang baik, dan mengupayakan finansial dari diri sendiri. Alasan mengapa usaha tersebut harus dilakukan oleh tunas bangsa adalah semata-mata sebagai investasi masa depan untuk membentuk pemimpin-pemimpin yang baik agar nantinya mampu membawa pencerahan untuk negri ini. Sehingga tidak ada lagi istilah “perbudakan kau intelektual”. Namun, yang pantas disayangkan adalah kebanyakan kaum intelek justru yang mempunyai akal licik untuk membohongi masyarakat. Sifat yang demikian itu merupakan akibat dari penghambaan kaum intelek kepada uang. Sehingga ketika mempunyai kuasa justru ia tak kuasa.
Sebagai langkah awal pembenahan bangsa atas apa saja yang terjadi di negeri ini adalah pembentukan individu yang utuh melalui pendidikan. Sebagaimana yang dituliskan oleh Umar At-Taumi adalah tujuan tertinggi pendidikan adalah membentuk individu yang utuh. Wa Allahu al A’lam bi al Shawwab


Selasa, 21 Januari 2014

Judul buku    : Studi Islam Kontemporer
Pengarang    : M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit        : Pustaka Rizki Putra
Tahun terbit  : 2012
Kota terbit     : Semarang
Cetakan ke-   : I, Desember 2012
Jumlah hlm.  : 227 halaman
Peresensi       : Nur Faizah Rahmawati

    
                                                              Studi Islam Kontemporer

Islam mempunyai banyak sekali sesuatu yang membuat semua orang penasaran tentang apa yang selalu menjadi buah bibir, bahkan tidak jarang menimbulkan pro ataupun kontra. Islam mampu menurunkan banyak interpretasasi tentang banyak hal, diantaranya adalah masalah ritual(syari’at), etika(akhlak), berkehidupan (muamalat). Islam sebagai millah (ajaran) ad-dink (agama), kebudayaan, peradaban, bahkan mengilhami manusia selalu berfikir (filsafat). Sehingga apabila berbicara mengenai Islam sudah bisa dipastikan tidak akan habis, karena memang mempunyai kekayaan /khazanah keIslaman.
Khazanah keIslaman memang sangat beragam, hal inilah yang memicu banyak perdebatan. Namun, jika ditarik sisi positifnya perdebatan tersebut mampu memotivasi umat manusia untuk selalu mencari dan mencari. Dalam buku “Studi Islam Kontemporer” karya M. Rikza Chamami, M.SI mampu memberikan sudut pandang lain mengenai keIslaman yang bersifat historis, mistis, informatif, edukatif, serta pendorong melakukan observatif. Dari peristiwa yang sudah berlalu tersebut, ayah dari Ijlal dan Nayya ini merepresentasikan peristiwa apa saja yang pernah terjadi yang masih perlu dikaji ulang untuk masa sekarang.
Rasa bahasa (sense) dari seorang pria kelahiran kudus, 20 maret 1980 ini sangatlah pas jika disuguhkan kepada semua kalangan, tidak hanya kalangan mahasiswa saja, namun semua kalangan luas yang penasaran akan khazanah keIslaman. Rangkaian kata yang sederhana, deskripsi peristiwa yang sangat singkat, dan pencuplikan buku-buku babon sangatlah bisa meyakinkan khalayak umum.
Dalam buku tersebut, sekretaris laboratorium ini mencoba membawa pemnbaca menyelami peristiwa penting serta membuka pandangan dari flash back kepada realitas sekarang ini. Seperti halnya dalam bab sepuluh memaparkan peradaban Islam yang seolah-olah memberikan sentilan kepada umat Islam sekarang untuk mengembalikan bangunan fundamental yang tidak hanya berorientasi pada materi saja, namun kepuasan spiritual juga.
Selain itu juga adanya analisa pemikiran para tokoh juga mampu dijadikan acauan atau ukuran dalam menentukan langkah. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo semarang dalam setiap bab dalam bukunyapun memberikan simpulan atas apa yang sudah dipaparkan. Di situlah muncul interpretasi maupun amunisi untuk umat Islam membangun peradaban Islam yang dulu menjadi pesain peradaban barat, dan cina. Seolah sangat mengharapkan terwujudnya kekuatan manusia yang kokoh dalam bingkaian Islam yang nantinya meraih kembali masa keemasan Islam.
Dalam penulisan buku ini tentunya masih ada secercah kesalahan manusiawi, yang tidak mempengaruhi substansi. Seperti halnya pemilihan kata yang tidak linier karena memang gaya penulisan dari sosok Rikza yang santai, sehingga berpengaruh pula pada pemilihan kata. Terkadang ada pula kalimat yang masih membingungkan secara substansi, sehingga penulis harus memberikan kalimat susulan yang bertujuan menjelaskan. Selain itu juga secara teknis penulisan daftar isi yang tidak sesuai.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam memunculkan tokoh Islam yang kemudian mampu dibandingkan dengan pemikir barat. Sebab, dengan demikian akan lebih memberikan jaminan bahwa memang produk Islam itu mampu menandingi. Dengan begitu corak pemikiran Islam dengan yang lain akan mampu dibaca dengan jelas.
Walaupun masih terdapat kekurangan dalam buku ini, alangkah bahagianya jika semua kalangan umat manusia membaca buku ini. Sebab, sangat jarang ada buku yang menyajikan sesuatu yang penting-penting saja. Apalagi harganya yang mampu dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, silahkan mengenali Islam melalui buku ini. Selamat berpetualang dengan mata, pikiran, dan uang untuk mendapatkan khazanah intelektual keIslaman dari buku ini. Selamat membaca dan menikmati! Wa Allahu al A’lam bi al Shawwab