Kampus Kikir
Parkir
Simbol kemajuan sebuah lembaga pendidikan memang tidak bisa dilihat
dari sesuatu yang kasat mata saja. Seperti gedung mewah, fasilitas serba ada,
ataupun mahasiswa yang naik mobil mewah. Namun, semua itu bukan berarti fasilitas
kampus harus dihilangkan semua. Dalam dunia pendidikan pastinya ada unsur-unsur
yang wajib dipenuhi, terutama dalam hal manajerial. yakni, sarana dan
prasarana.
Manajemen sarana prasarana (sarpras) mempunyai beberapa prinsip yaitu:
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penghapusan, serta efisien. Semua itu
adalah penunjang kelancaran proses belajar mengajar.
Dalam lingkungan Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, melihat
beberapa prinsip manajemen sarpras sebagai penunjang kelancaran kegiatan
belajar mengajar (KBM), bisa dikategorikan IAIN Walisongo termasuk salah satu
lembaga pendidikan yang belum mampu memberikan fasilitas yang cukup memadai
kepada seluruh sifitas akademika. Jika dilihat dari prinsip pencapaian tujuan
manajemen sarana dan prasarana, maka kampus ini jauh dari klasifikasi kampus
yang makmur. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketiadaan parkiran mobil di
berbagai gedung. Dengan adanya kekurangan tersebut tidak mengherankan kampus
ini masih jauh dari konversi UIN yang akhir-akhir ini digamang-gamang oleh
seluruh masyarakat IAIN Walisongo.
Penyelenggaraan prinsip efisien manajemen sarpras di IAIN Walisongo
tergolong payah, sebab dalam pembangunan parkiran motor untuk mahasiswa saja
letaknya tidak strategis. Hal inilah yang menyebabkan adanya pameran motor di
sepanjang jalan gedung demi gedung. Simbol yang kasat mata inilah yang kemudian
memberikan kesan tidak ada ketertiban dan kedisiplinan di kalangan mahasiswa
IAIN Walisongo. Sehingga usaha untuk mangkir dari image buruk pun tidak
bisa dilakukan. Mungkin karena inilah masyarakat memandang remeh kualitas
bibit-bibit yang tumbuh dari IAIN Walisongo.
Selain itu, ketiadaan parkiran mobil sebenarnya memunculkan
keheranan dari berbagai pihak, khususnya mahasiswa. Berbagai praduga sering
bermunculan seiring dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan antar
kampus. Bahkan pandangan negatif juga menjangkit penghuni kampus. Pasalnya,
ketiadaan parkiran mobil memberi simbol adanya rasa takut dari pejabat kampus
tersaingi oleh mahasiswa, seolah tidak mengharapkan mahasiswa mempunyai mobil.
Alasan prinsip efesiensi dalam manajemen pendidikan mungkin saja dilakukan oleh
pihak kampus, mengingat sebagian besar mahasiswa kampus hijau ini adalah anak
pedesaan. Hal ini memang dibenarkan oleh alam, sampai detik ini mahasiswa
kampus yang memiliki 3 lokasi gedung tidak ada yang membawa mobil sewaktu
kuliyah. Entah takut parkir sembarang tempat, entah itu tidak punya, atau
alasan lain yang jelas sampai sekarang mahasiswa tidak ada yang membawa mobil
ketika ke kampus.
Jika melihat status kampus yang masih di bawah naungan negara, maka
prinsip inventaris itu harus dilakukan. Seharusnya anggaran pembangunan
fasilitas itu sudah ada. Lantas kemanakah anggaran tersebut? Padahal
untuk pembangunan jalan dan gedung saja bisa, kenapa untuk membuat parkiran saja
tidak dilakukan? Di sinilah
prinsip dan fungsi manajemen harus benar-benar diterapkan untuk mendapatkan
hasil dan pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan oleh bangsa. Selain itu,
dalam menjalankan proses manajerial juga dibutuhkan orang yang memang
benar-benar ahli di bidangnya. Ketegasan, tanggung jawab, serta loyalitas
pemegang kuasa harus benar-benar teruji. Wa Allahu al-a’lam bi al-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar